Sabtu, 03 Maret 2012

Guru Tabrak Murid TK, 18 Luka

MEDAN - Senam aerobik yang digelar murid TK Perguruan Buddhis Bodhicitta di Jalan Selam, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Jumat (2/3) menuai petaka. Lima belas murid TK, 2 pelajar SMP dan seorang guru pria, terkapar ditabrak guru perempuan yang berniat menggeser mobil Toyota Avanzanya. Selain luka, ada juga murid yang mengalami patah tulang.
Guru yang menabrak para murid adalah Marini (22), warga Jalan Beo, Medan Sunggal. Peristiwa naas itu terjadi di halaman komplek yayasan sekolah Buddhist Bodicitta sekitar pukul 08.30.
Informasi yang dihimpun Pos Metro Medan (Jawa Pos Group) di lokasi kejadian menyebutkan, pagi itu,  Marini (22) baru tiba di sekolah menggunakan mobil Avanza silver BK 1727 VQ. Saat itu, ratusan murid sedang senam di halaman sekolah.
Menurut seorang guru yang tidak mau disebutkan namanya, awalnya Marini berniat hanya menggeser mobilnya, karena parkir di lapangan, tempat murid TK sedang senam. Nah, saat menggeser itu lah Marini panik karena melihat para murid sudah berada di belakang mobilnya.
Mungkin tanpa sadar dia terinjak gas, mobil pun bejalan mundur dan menabrak murid-murid yang masih anak-anak tersebut. Diduga, karena panik, Marini bukan menghentikan kendaraannya, tapi malah dimajukan ke depan lagi. Sehingga siswa yang terkena tubrukan mundur, sebagian lain juga terlindas saat Mariani memajukan mobilnya ke arah depan. Mobil baru berhenti setelah menabrak tembok.
Mengetahui dirinya menabrak murid-muridnya, guru TK ini shock. Dia sempat pingsan begitu melihat kondisi murid-muridnya yang tergeletak di halaman sekolah. Sementara itu, pihak sekolah langsung melarikan para korban ke RS Muhammadiyah Jl Mandala By Pass dan kemudian dirujuk ke RS Colombia Asia Jl. Listrik.
Kamila (30), Kepala Sekolah TK Buddhis Bodhicitta hanya sedikit memberi keterangan tentang kronologis yang menyebabkan anak-anak TK tersebut dilarikan kerumah sakit. "Saya hanya mendengar suara jeritan dan suara seperti tabrakan, ketika ke luar sudah ramai orang," jelasnya.
Salah seorang wali murid yang menjadi korban, Aliong (55), warga Krakatau saat ditemui di depan UGD mengatakan, dirinya shock begitu mengetahui anaknya bernama Robert Yohadi (6) menjadi korban. Namun dia belum mengetahui luka yang dialami anaknya, karena sedang menjalani pertolongan pertama dari medis.
Data dari Satlantas Polresta Medan, jumlah korban kecelakaan tercatat 18 orang, yakni 15 anak TK, dua pelajar SMP dan seorang guru bernama M. Siagian. Tapi yang dilarikan ke rumah sakit hanya 16 orang. Kasat Lantas Polresta Medan Kompol Risya Mustario mengatakan,  hingga malam tadi 15 korban masih menjalani perawatan di RSU Columbia, sementara tiga korban lainnya sudah dipulangkan.
Dari ke-15 korban, hanya dua yang parah. Robert menderita patah kaki kiri dan geger otak, sedangkan Yunita menderita luka-luka dan koyak di bagian kemaluannya, dan sampai malam ini keduanya masih dirawat di ruang ICU. Sementara korban lainnya hanya menderita luka-luka ringan.
Di bagian lain, pengemudi mobil juga sempat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit akibat shock dan pingsan. ‘’ Pengemudi juga masih dirawat di rumah sakit karena shock dan pingsan," terangnya.
Pihak Sekolah Tanggung Biaya Pengobatan
Direktur Yayasan Perguruan Buddist Boddicitta Pieter Lim dan Rudi Rahman, perwakilan donatur Yayasan Buddist Bodicitta menjelaskan kronologis kejadian yang menyebabkan insiden tersebut. Dalam konferensi pers, Pieter Lim mengatakan, insiden tersebut di luar dugaan. Pihaknya akan membiayai seluruh biaya pengobatan korban. "Makanya tadi begitu di RS Colombia Asia, kita minta semua korban di-scanning," katanya.
Pieter Lim juga memberikan nama-nama siswa yang menjadi korban. 14 murid TK masing-masing bernama Robert Yohanda, Angeline Lucia, Derrick (masih dirawat), Jessica Halim (masih dirawat), Josephine Winky Barbie (masih dirawat), Kelly Tan (masih dirawat), Kezia Akiko Stephany Parhusip, Sheron (masih dirawat), Silvia, Tasya, Yosephine Sheren (masih dirawat), Yunita, Veronica, dan Fransisca Josevin (masih dirawat). Lalu, dua murid SMP bernama Wilbert dan Joseph Marianto.
Rudi Rahman menambahkan, pihaknya akan memproses dan memberikan sanksi kepada guru tersebut jika memang telah melakukan kelalaian. Namun, dia juga meminta agar semua pihak menanggapi insiden tersebut dengan hati nurani. Karena sang guru sebenarnya memiliki niat baik untuk menggeser mobilnya agar para murid bebas berolah raga di halaman sekolah.
Sebagai perwakilan sekolah, Rudi Rahman juga menyampaikan permintaan maaf kepada orang tua siswa yang menjadi korban.

0 komentar:

Posting Komentar