Selasa, 27 November 2012

Resensi Film “FAST & FURIOUS 5″


Fast & Furiousfranchise film balap mobil liar paling tersohor dalam dekade ini kembali lagi. Kali ini melalui installment ke-5, berjudul Fast & Furious 5: Rio Heist atau cukup disingkat Fast Five, yang akan membawa kita menyusuri jalanan kota Rio de Janiero, Brazil. Dari film pertama The Fast and the Furious (2001) yang dibesut oleh sutradara Rob Cohen, hingga sekuel terbaru, franchise film ini perlahan telah berkembang menjadi film perampokan dengan kecepatan tinggi yang dibalut aksi-aksi adrenalin tinggi penuh ledakan dan berondongan peluru. Beruntung Justin Lin tetap duduk sebagai director di film ke-5 ini. Ramuannya terbukti membawa angin segar pada franchise ini, berbeda dengan film ke-2 yang disutradarai oleh John Singleton yang menurut saya paling melempem dibanding film-film lainnya.

"You're a long way from home. This is Brazil." ~Dominic Toretto

Film ini dibuka dengan adegan lanjutan dari ending film ke-4. Terkisah Dominic Toretto / aka Dom (Vin Diesel) -yang terguncang akibat insiden yang dikisahkan merenggut nyawa pacarnya Letty (Michelle Rodriguez)- divonis penjara setelah menjadi buron FBI cukup lama. Dalam perjalanannya bersama tahanan lainnya menuju penjara, bus yang membawanya mengalami kecelakaan fatal setelah berhasil disabotase oleh orang-orang terdekat Dom yang tidak puas dengan vonis hakim, yaitu Brian O'conner (Paul Walker), mantan polisi & FBI yang juga teman Dom bersama kekasih sekaligus adik kandung Dom, Mia Toretto (Jordana Brewster). Karenanya mereka bertiga menjadi buronan paling dicari FBI. Dom yang dikabarkan berhasil kabur, melarikan diri ke Ekuador berpisah dengan O'conner dan Mia yang memilih lari ke kota Rio, Brazil.

Sesampainya di Rio, mereka bertemu Vince (Matt Schulze), sahabat satu kru Dom yang pernah muncul di film pertama. Disinilah awal konflik bermula. Vince meyakinkan O'conner dan Mia untuk turut serta dalam sebuah misi perampokan mobil yang akan dipimpin olehnya. Sebuah misi perampokan mobil sitaan yang akan terjadi diatas kereta yang berjalan. Perkenalkanlah orang yang menghendaki misi tersebut yaitu, Hernan Reyes (Joaquim de Almeida), seorang konglomerat korup terkaya di Rio de Janiero. Vince mengiming-imingi bahwa misi ini akan berjalan mudah dan Reyes menawarkan imbalan yang besar. Mereka setuju dan misi tersebut pun berjalan. Di misi itu pula mereka kembali dipertemukan dengan Dom yang telah berada di Rio dan ikut turut serta didalamnya. Singkat kata misi tersebut tidak berjalan sesuai rencana awal, walaupun mobil GT40 yang dimaksud berhasil dibawa Mia setelah mendapat aba-aba dari Dom. Bahkan 3 agen Amerika yang bertugas mengamankan mobil sitaan tersebut dibunuh oleh Zizi (Michael Irby), orang kepercayaan Reyes, sedangkan Vince entah menghilang kemana. Mengetahui mobil yang diincar tidak didapatkan serta interogasi tak membuahkan hasil, Reyes kemudian menyekap Dom dan O'conner disebuah gudang dan mengancam akan menemukan Mia. Berselang Reyes pergi, Dom dan O'conner berhasil melarikan diri dari tempat tersebut setelah melewati perlawanan dan kembali ke tempat persembunyian di Favela Rio (sebutan untuk pemukiman padat penduduk disana) untuk berkumpul dengan Mia.

Di sisi lain selidik punya selidik ternyata Reyes bukan mengincar mobilnya, namun chip yang berada didalamnya. Mengetahui tawanannya kabur, Reyes memerintahkan untuk memburu Dom dan kawan-kawannya. Sementara itu disisi lain kota, agen DSS (Diplomatic Security Service) yaitu Luke Hobbs (Dwayne Johnson) -yang ditugaskan FBI untuk memburu Dom, O'conner, dan Mia- baru saja mendarat di Rio, bersama timnya dan ditemani petugas polisi lokal Elena Neves (Elza Pataky), Hobbs siap menangkap para buronan tersebut. Disinilah dimulai aksi-aksi seru pengejaran terhadap Dom dan yang lainnya. Di lain sisi Dom yang merasa diatas angin karena memegang chip berisi data-data lokasi deposit uang Reyes, membuat rencana untuk menyerang balik Reyes, mengambil uangnya dan lalu menghilang untuk memulai kehidupan baru. Untuk menjalankan rencana tersebut, Dom membutuhkan sebuah tim yang solid, karenanya dia dan O'conner memanggil teman-teman lamanya, para kawannya yang muncul di seri Fast & Furious terdahulu. Akankah Dom berhasil dengan rencananya? Atau malah salah satu antara Reyes dan Hobbs lebih dulu menciduk Dom dan kawan-kawannya?

Tak diragukan lagi, dengan film ini kembali membuktikan bahwa tidak salah menunjuk seorang Justin Lin untuk menyutradarai franchise film balapan liar ini, bahkan kabarnya ia pun tetap menduduki kursi sutradara untuk film ke-6 yang rencananya akan tayang 2013. Fast & Furious 5: Rio Heist / aka Fast Fiveini bisa dibilang film yang 'komplit'. Komplit baik dari segi action maupun jajaran pemainnya. Betapa tidak, dengan budget sebesar $125,000,000 dihabiskan untuk membuat film ke-5 ini penuh dengan aksi yang lebih heboh ketimbang seri-seri sebelumnya, plus kembalinya cast film terdahulu seperti si botak yang bawel Roman Pearce (Tyrese Gibson), mekanik serta host balap nyentrik Tej Parker (Ludacris), si seksi eks-militer Gisele Harabo (Gal Gadot) serta beberapa cast baru, Dwayne 'The Rock' Johnson dan si cantik Elza Pataky.

Dari segi cerita, film ke-5 ini terasa lebih serius dan 'dewasa'. Porsi balapan liarnya lebih sebagai pelengkap cerita dari kisah perampokannya, berbeda dengan 3 film sebelumnya, namun justru disinilah nikmatnya film ini. Terima kasih kepada Chris Morgan yang bertanggung jawab dalam penulisan cerita sejak The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006) dan juga sutradara yang mampu merangkai tema baru tersebut dengan cantik. Alur cerita didalamnya mengalir cepat. Dari awal pembukaan film kita telah disuguhkan rentetan aksi-aksi seperti, adegan perampokan mobil di kereta, kejar-kejaran di sela atap-atap pemukiman di Rio, sampai aksi kejar-kejaran dengan lusinan polisi di penghujung film, yang ditempatkan secara pas hingga akhir film namun terjaga ritmenya dan tidak berlebihan dari segi durasi. Dialog-dialognya yang ada tidak bertele-tele dan terkadang diselingi jokes yang cukup membuat tersenyum. Untuk akting para pemainnya tidak ada yang spesial, namun dari sejak film pertama saya tetap salut dengan Vin Diesel yang sangat 'masuk' dengan karakter yang dimainkan, maskulin, gahar, cuek, pas jadi 'ikon' franchise ini apabila dibandingkan dengan Paul Walker. Absennya Vin di film ke-2 serasa menghilangkan separuh nyawa di film tersebut. Lalu apa kabar dengan para pemain baru? Dari segi akting Dwayne Johnson masih agak kaku, juga dalam dialognya. Malahan dibeberapa scene masih terbawa karakter juga gesture dari 'The Rock' didunia gulatnya. Walaupun pada kenyataannya di film ini ia pun harus bergulat dengan Vin Diesel, dan adegan adu jotos antara dua orang bertubuh kekar ini juga yang memang cukup dinanti. Sedangkan Elza Pataky, muncul di film ini hanya sebagai pemanis yang ditunggu untuk dinikmati keelokannya. Karena pun kehadirannya sebagai penterjemah bagi Hobbs terlihat tidak terlalu berguna.

Dari sinematografi dan departemen teknik, di film ini tampaknya mengurangi penggunaan CGI apalagi untuk scene-scene andalan seperti kejar-kejaran deposit / brankas dengan polisi di akhir film yang walaupun terlihat tidak mungkin dalam dunia real, tapi nyatanya dengan bantuan stunt dan professionalmemang begitu adanya. Lain dengan film ke-4 yang justru kelihatan seperti cartoon dan un-real dengan bantuan animasi di scene-scene pamungkas. Walaupun dalam segi pengambilan gambarnya tidak ada yang baru dibanding seri terdahulu maupun film action lainnya namun tetap dapat membingkai keseluruhan aksi dengan baik. Dari segi tata suara Brian Tyler sang composer, yang tetap setia mengisi departemen musik sejak franchise film ini berada ditangan Justin Lin, mampu menghadirkan scoring yang tetap 'nendang' dengan feel action-nya seperti film-film sebelumnya. Apalagi scoring yang disajikan pada momen-momenchasing scene sudah cukup membuat gereget adrenalin bertambah.

Ya, sekali lagi terima kasih kepada Justin Lin yang telah membawa penyegaran pada franchise Fast & Furious ini, dan ternyata berhasil dan hasilnya keren. Saya sungguh menikmati adegan per adegan yang ia sajikan. Walaupun jika diperhatikan, sebetulnya terdapat beberapa ketidakkontinuitas di beberapa scenedalam film yang bagi saya cukup membuat heran, seperti contohnya luka-luka pasca fighting scene Dom dan Hobbs yang menghilang begitu saja pada adegan dimana Dom dan kawan-kawan ditangkap, atau hasilscanner tangan kiri Reyes yang dipakai untuk sandi tangan kanan deposit miliknya. Dibalik semua ituoverall film Fast & Furious 5: Rio Heist / aka Fast Five ini sangat entertaining, bisa dibilang seri kali ini (sampai saat ini) merupakan seri terbaik diantara film-film terdahulu, dan saya tidak sabar untuk menunggu kisah Dom dan O'conner selanjutnya. Oh ya juga jangan lewatkan ending credits film ini yang akan menjadi gambaran di cerita film selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar